Dari pada menghujat, lebih baik berbuat

Kehidupan Okt 28, 2020

Gara2 upload foto waktu jadi kaprodi, gw inget sesuatu.Karena dulu gw jadi kaprodi software engineering, umur masih 22 tahun, jadi kebijakannya ala2 bocah puber. Ya gapapa, walaupun gitu tetep sesuai dengan aturan. Beberapa guru senior ga suka sama gw, bahkan kepseknya, hanya karena gw kurangin jadwal ngajar para guru senior itu lalu gw kasih ke yang lebih muda. Karena metode "yang penting ngajar" itu ga boleh lagi ada d bawah kekuasaan gw haha... Gw sebagai kaprodi tanggung jawabnya ke siswa dan orang tua siswa, gimana caranya memberikan pengajaran yang terbaik. Kalo masih mau dipake sebagai pengajar, ya ngajar yang bener jangan cuma sekedar banyak2an waktu ngajar tapi siswa ga diurus dengan baik.

Walaupun beberapa ga suka dengan kebijakan gw, tapi imbas terhadap siswa malah jadi positif. Mereka bisa ngoding, jago algoritmanya, beberapa yang lulus masuk jurusan kuliah yang sama dengan sebelumnya. Pemetaannya pas. Tidak seperti sebelumnya. Bahkan waktu itu ada beberapa siswa yang bilang "coba waktu kelas 1 atau 2, kaprodinya udah diganti pak. Kenapa baru sekarang diganti?". Mereka iri karena liat adik kelasnya lebih jago dan kompeten dibandingkan mereka.

Oh ya kalo liat foto kenangan gw di postingan sebelumnya, itu gw lagi bikin program untuk menentukan jurusan siswa dengan metode fuzzy. Kenapa gw bikin itu? Karena ketua kaprodi yang merangkap jadi kaprodi multimedia melakukan kecurangan saat pembagian kelas siswa baru. Jadi, setelah calon siswa mengikuti tes masuk, mereka diseleksi untuk masuk jurusan Multimedia, Software engineering, TKJ. Setelah dia cek hasil ujian dari 1k siswa dalam sehari, dia nyimpulin kalo jurusan MM dapat 6 kelas, software engineering 2 kelas dan TKJ 2 kelas.Ini kan gila... Masa iya dia bisa cek satu persatu ujian itu dalam sehari. Lalu membagi ke dalam beberapa kelas dengan cepat.

Karena gw kesel, akhirnya gw bikin program untuk menentukan jurusan siswa dalam waktu beberapa detik aja. Ujian siswa based on system dan hasilnya akan muncul langsung. Jadi ga bakal terjadi lagi kecurangan pembagian kelas. Program ini pula yang gw pake buat skripsi. Jadi rasa kesal itu gw implementasikan dalam bentuk karya yang bisa bikin gw lulus juga tepat waktu. Jadi ga rugi. Kalo kesel cuma misuh doang, semua orang kan bisa.

Tapi karena gw bukan ketua kaprodinya, jadi program tersebut ga terpakai. Nyesel ga? Ga sih. Ilmuwan itu tugasnya riset, kalo kekuasaan bertolakbelakang, ya udah mau gimana lagi yang penting kita udah ngasih solusi based on evidence. Ga usah dibawa pusing. Toh itu juga bisa dijadiin skripsi akhirnya.

Rasa kesal, marah, benci, itu manusiawi. Tapi kalo ga mau hatinya mati, kelola rasa itu dengan logis dan berikan hasil berupa bukti.

Kecewa itu muncul karena berharap diri. Jadi setelah tau ini, gw fokus dengan yang gw miliki.

Irwansyah Saputra

Belajar itu harus. Pintar itu bonus.

Great! You've successfully subscribed.
Great! Next, complete checkout for full access.
Welcome back! You've successfully signed in.
Success! Your account is fully activated, you now have access to all content.