Salah Naik Elevator / Lift

Kehidupan Feb 08, 2021

Saya tau filosofi ini dari drama Start Up sebenarnya, cuma saya juga keingetan dengan elevator yang ada di kantor saya waktu di Jakarta. Jadi, di sana itu ada dua tipe lift, yaitu lift yang hanya sampai lantai 16 dan lift yang sampai 33. Biasanya pegawai biasa naiknya lift yang sampai 16. Karena lift 18 ke atas itu tempatnya para hokage, apa lagi yang lift 33. Pernah ke sana sekali, udah berasa lagi di isekai haha...

Kalo kita mau naik ke lantai 33 tapi pake lift yang sampe 16 doang, sepinter atau sehebat apapun kita, ga bakal sampe ke lift 33. Karena emang environment (lift)nya tidak memadai kan?

Karenanya jangan salah pilih lift. Dalam kehidupan pun seperti itu, dulu waktu tahun 2010an saat jadi tukang parkir, saya merasa kalau ini bukan tempat saya, ini bukan lift yang mestinya saya naiki. Saya harus pindah ke lift yang lainnya agar bisa naik ke lantai yang lebih tinggi. Akhirnya saya berhenti. Kemudian melanjutkan bekerja di toko buku, saya juga merasa kalau itu bukan lift yang cocok untuk saya naiki. Walaupun begitu saya manfaatkan saat bekerja di situ untuk menambah pengetahuan saya dan selalu membeli buku setiap bulan dari gaji yang didapatkan (karena ada diskon khusus untuk karyawan, saya pikir ini kesempatan yang mesti saya gunakan selama saya jadi karyawan).

Saat itu saya resign, lanjut hingga akhirnya bekerja di perusahaan raksasa di Jakarta sebagai data engineer. Sebenarnya ini lift yang lumayan untuk dijadikan mesin agar bisa naik ke lantai tinggi lebih cepat, tapi entah saya merasa diri belum cukup hingga akhirnya resign juga dan menjadi seorang dosen, kemudian atas hikmat Allah yang maha kuasa dan dengan didorong oleh keinginan yang luhur, akhirnya bisa kuliah S3 juga.

Saya tidak mengatakan filosofi ini cocok untuk orang lain, namun di hari ini, jika saya berpikir tentang masa lalu, maka saya akan mengatakan pada diri saya "untung dulu resign dari kerjaan, kalo ga, pasti ga bakal bisa sampai di titik ini". Terkadang kita merasa diri sudah cukup hanya karena lift yang kita naiki itu tertutup dari segala arah, sehingga kita tidak bisa melihat lingkungan yang lebih luas lagi, tidak bisa melihat luasnya dunia. Tapi kalau sekali keluar dan mengintip, ternyata dunia luar sangat indah dan menarik, hingga akhirnya kita sadar bahwa lift tersebut sudah usang atau bahkan hanya diam di tempat. Kita ditipu dengan lift yang tertutup sehingga kita juga tertutup dari dunia luar.

Jika kita memutuskan sesuatu yang sangat besar, ada kalanya kita menyesal dengan pilihan kita beberapa saat, namun jangan diratapi terus menerus. Lebih baik waktu itu digunakan pada hal yang akan mengubah kita ke depannya. Saat kita memutuskan untuk resign atau drop out atau apapun itu, boleh saja kita menyesal karena zona nyaman sudah tidak ada lagi, tapi sekuat apapun kita ingin, hal tersebut takkan pernah kembali.

Saya melihat teman-teman yang masih bekerja di tempat yang lama, saya tidak mengatakan mereka lebih rendah dari saya, karena bisa jadi menurut pandangan mereka itu adalah lift yang cocok untuk mereka. Kita punya lantai tujuan masing-masing, tapi walaupun begitu, saya akan tetap berpindah lift terus menerus hingga akhirnya saya tau kalau itu adalah lift yang bisa mengantarkan saya ke lantai tertinggi dengan cepat.

Jadi, jangan sampai pilih lift. Kita ingin ke lantai 50, tapi ternyata lift itu hanya sampai lantai 15.

Segini dulu sharing kali ini, mau ngerjain tugas dulu. S3 tugasnya berasa skripsian tiap minggu gaess :))

Irwansyah Saputra

Belajar itu harus. Pintar itu bonus.

Great! You've successfully subscribed.
Great! Next, complete checkout for full access.
Welcome back! You've successfully signed in.
Success! Your account is fully activated, you now have access to all content.