Belajarlah Dari Tanzania

Kehidupan Jul 12, 2021

Instagram.com/irwansight

“berdoa yang banyak, maka covid akan hilang”

“jangan jauhi masjid, perbanyaklah berjamaah agar kuat. Virus ini adalah buatan manusia. Mendekat pada Allah akan mengalahkannya”

Kalimat-kalimat tersebut terdengar familiar ya? Sebagian masyarakat kita masih ada yang seperti itu. Bahkan para ulamanya (yang tak percaya covid) pun tak kalah suara, lebih ngeri lagi berbicara seperti itu di mimbar-mimbar. Akhirnya umat mengiyakan segala ucapan yang terlisan oleh mereka, walau mereka semua menyadari kalau mereka benar-benar tak paham dalam hal ini.

Coba kita bayangkan, bagaimana jika kalimat-kalimat tersebut keluar dari seorang presiden? Wah pasti mengerikan ya? Karena jika presidennya yang tak percaya covid, maka akan berimbas pada seluruh kebijakannya dalam menangani pandemi ini. Dan faktanya, kalimat itu memang dilontarkan oleh presiden tanzania, yang saat ini sudah meninggal (menurut oposisi dia meninggal karena covid setelah dirawat di kenya). Sosok presiden ini benar-benar seperti sebagian masyarakat awam kita. Dia percaya covid adalah buatan iblis, percaya untuk mengalahkan covid harus berjamaah dan berdoa beramai-ramai di gereja dan masjid. Andai dia jadi presiden di sini, masyarakat pseudo religius (religius palsu) pasti akan sangat senang. Karena seakan mereka sedang menegakkan kalimat Tuhan yang suci. Sedang meninggikan Tuhan di atas segalanya, bahkan wabah pandemi ini sekalipun. Padahal, saat percaya covid, itu sama sekali tak menurunkan ketakutan kita terhadap Tuhan. Kenapa? Karena konsep takut Tuhan dan takut covid adalah dua hal yang berbeda. Mudahnya, jika covid diganti dengan ular, lalu ular itu memenuhi rumah ibadah, tentu saja kita takut dan tak mau memasukinya. Jangan hanya karena covid itu tidak terlihat, lalu dianggap tidak ada. Gayanya belagu tidak percaya covid, tapi ke taman safari saja ga berani naik motor. Belagu sangat yakin dengan Tuhan dan meremehkan covid, tapi parkir motor saja masih dikunci stangnya, apakah Anda tidak yakin Tuhan akan melindungi motor Anda tanpa harus mengunci stang?

Masyarakat pseudo religius ini sangat aneh dalam menggunakan logikanya. Jika mereka mengatakan covid ini tidak ada hanya karena tak terlihat, lantas bagaimana dengan kisah dari agama yang menyatakan tentang keberadaan alam gaib, bukankah itu lebih tak terlihat lagi? Padahal andai mau berpikir sedikit, coba saja bantah pernyataan tersebut. Pasti tak bisa. Karena silogisme paling sederhana adalah “jika covid itu tidak ada hanya karena tak terlihat, maka alam gaib tentu saja lebih tidak ada karena jauh tidak terlihat”.

Balik lagi ke tanzania, karena presiden yang tak percaya covid itu sudah meninggal, sekarang tanzania mulai melakukan tracing covid dan hasilnya sangat mencengangkan. Banyak imam gereja dan suster meninggal karena covid, orang-orang membeli peti mati dalam jumlah yang tidak wajar, pasokan oksigen yang menipis di rumah sakit, dan lonjakan kematian di daerah Mbulu tanzania utara. Sebelum meninggal, presiden juga menyarankan untuk berdoa, menghirup uap dan mengkonsumsi pengobatan herbal untuk menanggulangi covid. Apakah sangat terdengar familiar? Ya sebagian dari kita pun meyakini itu. Artinya kebodohan dapat tersebar tanpa kontak, lebih berbahaya dari covid itu sendiri.

Pengalaman tanzania ini sebenarnya bisa membungkam masyarakat pseudo religius itu yang sering mengatakan “coba saja berita tentang covid tak usah disiarkan, anggarannya dihentikan, seluruh kegiatan tes ditiadakan, maka covid tidak akan ada”. Tanzania sudah melakukan itu dan hasilnya tidak seperti yang Anda duga bukan? Makanya jangan mentang-mentang bodoh gratis, diborong semuanya. Sisain 50 % buat member pitub, dan 50% lagi buat kaum flat earth.

Solusinya bagaimana? Ikuti panduan ilmuwan, dokter dan ahli dalam masalah ini. Ya kita semua juga paham bahwa masyarakat adalah korban pertama pandemi ini. Usaha ditutup, majlis dibubarkan, hajatan tiada, kebijakan yang inkonsistensi, kecurangan RS meng-covid-kan pasien yang terjadi, bisnis masker yang meninggi, dan lain sebagainya. Tapi bukan berarti kita juga harus kehilangan akal sehat kita dalam memahami situasi ini. Misalnya seperti ini, ada berita tentang kecurangan RS meng-covid-kan pasien, lantas apakah itu berarti covid tidak ada? Tidak sama sekali. Bukan seperti itu cara berpikirnya. Kalau logika yang digunakan begitu, apakah saat ada orang yang memanipulasi uang palsu lantas membuat uang asli juga menjadi palsu? Kan tetap asli. Yang harus dimusnahkan uang palsunya. Begitu juga saat ada kecurangan, yang harus dimusnahkan adalah kecurangannya, bukan malah menyimpulkan covid itu tidak ada.

Lalu ada masalah tentang bisnis vaksin. Secara logika yang sehat, bisnis mana yang membuat pertumbuhan ekonomi negara malah menjadi minus? Ya, dari awal tahun 2020 sampai hari ini, pertumbuhan ekonomi kita sangat mengkhawatirkan. Lagi pula, vaksin diberikan secara gratis dari beberapa organisasi maupun pemerintah.

Ok lah diterima kalau covid ini bisnisnya bukan pemerintah kita, melainkan elit global. Tapi masalahnya covid ini kan asli, ada, menular, berbahaya, bahkan menyebabkan banyak orang meninggal. Lalu, hanya karena meyakini bahwa covid ini adalah buatan elit global, lantas virus tersebut langsung menjadi lemah? Tetap saja menyebar. Masalah elit global ya bisa dibicarakan nanti setelah keadaan selesai. Karena masalahnya adalah kita sedang menghadapi virus yang tidak bisa dikontrol oleh siapapun, bahkan jika virus ini buatan manusia, pembuatnya pun tak bisa mengontrol virus ini untuk menyebar kepada siapa yang dikehendaki. Karena faktanya, walau amerika dan china bermusuhan, namun kedua negara itu pun kena dampak yang sama. Bahkan negara yang tak ikut campur pun, malah kena juga.

Tidak ada solusi lain dalam menghadapi ini kecuali dengan pendekatan sains. Bahkan, walaupun sultan brunei berkata sering baca alquran, shalat, dan ibadah, tetap saja negara itu melakukan protokol kesehatan yang ketat untuk mengatasi masalah ini. Artinya, keyakinan pada Tuhan tidak hanya berlandaskan ruhaniyah semata, namun juga harus berdasarkan akal sehat yang masih terjaga. Belajarlah dari negara yang mengatasi pandemi ini dengan pendekatan selain sains, mereka semua hancur digempur pandemi. Sedangkan negara yang mengatasinya dengan sains, dapat lebih mengontrol persebaran covid dan mulai sembuh dari pandemi ini. Belajarlah dari Italia, mereka digempur habis oleh covid tapi saat ini sudah bisa hidup tanpa masker. JANGAN LUPA INI PUN DIDORONG OLEH KEBIJAKAN PEMERINTAH YANG BERLANDASKAN SAINS, YAITU MENYERAHKAN OTORITAS SEPENUHNYA PADA ILMUWAN DAN AHLI KESEHATAN, BUKAN PADA MENTERI CUAN DAN EKONOMI.  PASTINYA YANG DIDAHULUKAN BUKANLAH NYAWA, TAPI HARTA. Sooo... baksooo....

Referensi:

https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-5616591/saat-corona-ri-melonjak-6-negara-ini-sudah-tak-lagi-pakai-masker

https://www.bbc.com/news/world-africa-56437852

https://www.voanews.com/covid-19-pandemic/tanzania-authorities-warn-3rd-wave-covid-19

https://www.bbc.com/news/56242358?

https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-5498085/sempat-abaikan-covid-19-presiden-tanzania-meninggal-dunia

Irwansyah Saputra

Belajar itu harus. Pintar itu bonus.

Great! You've successfully subscribed.
Great! Next, complete checkout for full access.
Welcome back! You've successfully signed in.
Success! Your account is fully activated, you now have access to all content.