Kuliah sambil kerja?
Oleh: Irwansyah Saputra
Sebuah niat tidak saja cukup untuk dilakukan, namun juga perbuatan yang benar harus beriringan dengannya. Orang yang niat memberikan sedekah pada rakyat miskin dengan cara merampok harta orang lain, tidaklah bisa dibenarkan. Karena dia menguntungkan satu pihak dan merugikan pihak yang lain. Begitu juga haram saat membeli buah langsung dari pohonnya saat buah itu masih kecil, transaksi ini disebut dengan konsep ijon. Walaupun kedua belah pihak ikhlas dan sepakat, hal tersebut tetap tidak bisa dibenarkan sesuai kaidah hukum yang berlaku. Artinya, belum tentu hal yang sudah disepakati kedua belah pihak berarti menguntungkan keduanya, bisa jadi resiko yang akan datang itulah yang akan menjadi sebab perselisihan diantara keduanya.
Resiko yang belum terlihat itu mungkin dengan mudahnya disepelekan, sama halnya dengan covid-19 yang disebut beberapa orang adalah tidak nyata hanya karena tidak terlihat.
Niat kuliah sambil kerja mungkin bagi sebagian orang adalah perbuatan yang mulia karena akan terlihat mandiri dan hebat. Jika lahir dari keluarga yang tercukupi atau minimal orang tuanya masih sanggup membiayai, maka belajarlah dengan baik tanpa memikirkan bagaimana caranya mencari uang disela-sela kuliah. Belajar dengan baik itulah yang menjadi fokus. Karena dengan cara itulah, nantinya kamu bisa mendapatkan pekerjaan atau karir yang lebih baik dibandingkan temanmu yang lain. Setelahnya, barulah balas kebaikan orang tuamu.
Jangan pernah ingin kuliah sambil kerja jika itu bukan keadaan yang mengharuskan untukmu melakukannya. Saat kamu kuliah sambil bekerja, maka akan ada waktu belajarmu yang habis karena digunakan untuk bekerja. Memang bisa saja kamu menyelesaikan studimu tepat waktu, tapi ilmu pengetahuan yang ada dalam otak tidak bisa berbohong. Ijazah hanya sekedar surat kelulusan, kamu pernah belajar di kampus, bukan surat yang menandakan seberapa banyak pengetahuan dalam otakmu.
Belajarlah yang baik jika masih tercukupi. Jika keadaan tidak memungkinkan, maka lakukanlah yang terbaik versimu tanpa harus menuduh orang lain yang dibiayai orang tuanya sebagai anak pemalas atau manja.
Dalam tulisan sebelumnya sudah dibahas bahwa kerumitan hidup tidak bisa dibandingkan antara satu orang dengan orang lainnya.
Menuduh penderitaan orang lain lebih mudah dibandingkan penderitaanmu itu adalah kedangkalan akal dan menandakan hilangnya empati dalam hidupmu.
Jika tak membantu, maka tidak usah menyakiti orang lain yang kamu tidak berada didekatnya selama 1x24 jam. Urusi saja hidupmu yang berantakan itu. Orang yang suka mengurusi hidup orang lain adalah orang yang tidak memiliki hidupnya sendiri.