Kenapa Data Harus Terintegrasi?

Oleh: Irwansyah Saputra, S.Kom., M.Kom.

Pak Sandiaga Uno waktu debat capres mengatakan bahwa kartu ga usah banyak, bisa sedikit yang penting efektif dn efisien. Saya setuju dengan pendapat beliau karena itu membuat sy ingin menambahkan beberapa penjelasan.

Namanya kartu itu ada chip nya. Dan chip itu bisa dikenali dgn kode didalamnya. Kode itu bisa dipake buat pembeda antara kamu dgn yg lain. Sehingga saldo, identitas, asuransi bisa digunakan dalam sistem yg terintegrasi...

Satu kartu dgn satu master data untuk semua kebutuhan hidup seperti makan, biaya sekolah, rumah sakit, resep dokter, dll nya itu akan lebih efektif dan efisien. Juga dapat me-mining data dgn lebih akurat.

Dgn satu master data itu kita bisa tahu- rekam medis orang tersebut (penyakit menular, terakhir vaksin, imunisasi campak, rubella)- berapa gaji dan pengeluaran dia perbulannya. (Bisa jadi keputusan pemberian kredit atau tidak)- penyakit yg diderita orang tsb (apakah mesti dicover negara atau tidak. Kalau tidak, lihat banyaknya harta yg dimiliki)- berapa kali pindah rumah- termasuk boros atau tidak (jika boros, hartanya bisa dibekukan)- hartanya perbulan sudah masuk nishob atau blm (untuk zakat. Jika sudah, negara berhak menarik zakatnya)- berapa orang yg ditanggungnya (untuk menentukan beasiswa bidik misi misalnya)- cegah kecurangan pemilu- berapa kali nonton dalam sebulan (maniak film atau tidak)- melanggar aturan berkendara dalam periode tertentu (pembekuan SIM jika mencapai jumlah pelanggaran maksimal)- resep dokter (jika suatu obat tdk cocok, maka kedepannya obat itu tdk akan diberikan lagi)- riwayat makan dalam seminggu (jika terlalu banyak, negara berhak membayarkan uangnya ke tempat fitness. Baik Suka ataupun tidak. Dia pasti merasa rugi jika tdk datang ke tempat tsb, karena sudah dipaksa bayar)

Jadi, bukan kartunya yg mesti dibanyakin. Tapi fitur dan fasilitas didalamnya. Sehingga bisa terintegrasi kedalam satu sistem.