Hati-hati dengan Framing Media
Dalam terminologi fiqih yang saya pahami, ada dua istilah untuk kata “setelah”, yaitu ba’da dan ‘aqiba. Keduanya memiliki arti sama, namun penggunaannya beda. Ba’da digunakan untuk “setelah” dengan jeda kejadian, sedangkan ‘aqiba adalah “setelah” secara langsung tanpa ada jeda kejadian. Sama halnya dengan memerintah orang untuk duduk. Jika posisi objek sedang berdiri dan kita ingin menyuruhnya duduk, maka gunakan kalimat uq’ud. Tapi jika posisi objek sedang tiduran dan kita ingin menyuruhnya duduk, maka gunakan kalimat “ijlis”.
Misalnya kita diundang syukuran oleh salah satu tetangga, dia bilang acaranya ba’da magrib. Kalo magrib jam 6 sore dan isya jam 7 malam, berarti ba’da magrib itu adalah bisa saja jam 6.30 sore. Jadi tidak langsung setelah solat magrib langsung syukuran. Ada jeda kegiatan seperti mengobrol, ganti baju, mandi atau kegiatan lain. Beda halnya dengan ‘aqiba, kejadian yang akan datang adalah “setelah” tanpa jeda. Misalnya berdarah setelah terjatuh. Secara general, dalam bahasa Indonesia bisa disebut dengan akibat.
Pada gambar terlihat ada berita orang meninggal setelah vaksin. Jika pembaca punya pengetahuan yang baik, maka ia tidak akan terkena jurus framing dari judul artikel. Karena seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa kata “setelah” memiliki lebih dari satu makna. Artinya, kita harus lebih dalam bertanya “apakah orang yang meninggal itu setelah divaksin atau akibat divaksin?”
Jika ia meninggal setelah divaksin, bisa jadi ada kegiatan lain yang dilakukan oleh korban tersebut yang dapat mengakibatkan ia meninggal. Jika ia meninggal akibat divaksin, maka tidak ada kemungkinan lain, pasti ia meninggal karena divaksin. Karena “akibat” adalah kejadian otomatis dari kegiatan sebelumnya, tidak ada jeda kejadian lain.
Jadi berhati-hatilah saat membaca berita dengan judul yang punya makna ambigu. Sebenarnya pembahasan ini baru dari satu sisi ilmu yaitu linguistik, belum lagi dari sisi ilmu statistika. Dari jutaan orang yang divaksin, lalu karena beberapa meninggal langsung menyimpulkan kalau vaksinasi adalah kegiatan yang berbahaya. Ini tidak lebih karena kejumudan otak dan bodohnya cara pikir, tidak berbeda dengan banyaknya orang melewati 1 pohon di malam hari, kemudian ada 5 orang yang meninggal di sana dalam beberapa hari lalu disimpulkan bahwa pohon tersebut angker.