Hakikat Kapitalisme

Kehidupan Jun 28, 2020

Kapital itu modal. Pada dasarnya, banyak perusahaan yang menggunakan kapitalisme sebagai ideologi dagangnya. Kenapa? Karena asas hidup kapitalisme adalah manfaat. Dimana ada manfaat dari suatu objek, maka ada nilai jualnya. Manfaat ini tak terbatas, selama dikatakan ada manfaatnya, maka bisa dijual, bahkan dalam ranah agama pun. Inilah kenapa anak kandung kapitalisme disebut dengan liberalisme.

Makanya, dalam sistem Kapitalisme, agama itu tidak dimusuhi ataupun didukung. Kalo ada manfaatnya ya bisa dijadikan komoditas pasar juga. Beda halnya dengan komunisme, segala hal yang menghambat jalannya produksi, maka harus ditiadakan, karena konsep mereka adalah dialektika materialisme. Kalo agama menghambat produksi, maka anggap racun dan harus dimusuhi. Itulah kenapa juga komunisme sering disandingkan dengan atheisme. Padahal, landasan berpikir meniadakan agama antara komunisme dan atheisme sangat berbeda jauh. Even China yang komunis pun, pada hakikatnya berdagang dengan sistem Kapitalisme. Coba aja beli sejadah, tasbih, ole2 haji di Arab, banyak made in China. Ga ada komunis murni saat ini, terakhir itu ya soviet. Korea Utara pun secara ga langsung menggunakan sistem kasta dalam kehidupan sehari-harinya. Militer punya fasilitas lebih dibandingkan rakyat biasa.

Jadi kalo cara dagang kapitalis itu, natal ikutan, lebaran ikutan, nyepi ikutan, selama ada asas manfaatnya dia ikutan. Yang penting produknya laku. Di mall, kalo banyak pengunjung Islam nya, mereka sediakan Mushola, kalo ga ada, ga ada juga tu mushola. Jadi pendirian mushola disitu bukan karena keinginan dalam hati, tapi ada asas manfaat terkait banyaknya konsumen Islam yang datang ke mall.

Karena semua berasaskan manfaat, jadi ga usah heran saat bulan ini pun mereka merayakan atau memperingati el jibiti. Ini salah satu cara mereka menggaet calon konsumen dari komunitas tersebut. Gw bukan lagi membenarkan hal ini, gw cuma pengen kita semua ini buka wawasan yang luas biar ga kagetan gitu loh.

Yang lucunya, kemaren ada pebisnis "syariah" yang boikot unilever karena dukung komunitas el jibiti, tapi bikin statusnya di pesbuk. Pesbuk ini, dari awal munculnya bahkan udah dukung komunitas tersebut.

Kalo pun semua merek dagang itu dukung komunitas tersebut, kita sebagai salah satu konsumennya, ga bakal ikut tanggung jawab atas apa yang mereka lakukan kok. Wong kita cuma sekedar beli barang itu karena kita butuh.  Bukan karena "wah mereka dukung komunitas el jibiti, ayo kita dukung juga dengan cara membeli produknya".

Konsep jual beli itu kan sederhana, mereka butuh uang lalu mereka jual produk, kita butuh produk itu lalu kita beli. Selama barangnya halal dan akad jual belinya sah, maka transaksi itu pun jadi sah.

Irwansyah Saputra

Belajar itu harus. Pintar itu bonus.

Great! You've successfully subscribed.
Great! Next, complete checkout for full access.
Welcome back! You've successfully signed in.
Success! Your account is fully activated, you now have access to all content.