Hadiah Mawar Merah dari Sang Maha Pemurah

Kehidupan Sep 05, 2020

Oleh: Irwansyah Saputra [7]

Mawar adalah bunga yang indah dan diberikan pada momen yang indah. Biasanya ia melambangkan kenangan pada sebuah hubungan, menciptakan suasana romantisme di dalamnya. Suatu surat dalam Alquran menyebutkan bunga ini, fokusnya pada surat Ar-Rahman ayat 37 yang berbunyi “Maka ketika langit (bintang/tata surya) terbelah (meledak) lalu menjadilah ia mawar merah yang berkilat seperti minyak” (Ar-Rahman: 37) [4].

Tapi, mawar yang dijelaskan pada ayat tersebut bukanlah dzat fisik bunga tersebut, melainkan deskripsi dari nebula di langit yang bentuknya sangat identik dengan mawar merah. Nebula adalah bagian dari materi antarbintang berupa awan masif yang berisi debu, gas, serta plasma atau partikel bermuatan. Pendaran cahaya dari nebula bersumber dari bintang-bintang di sekitarnya. Sedangkan warna-warna indah yang terlihat berasal dari unsur dominan di dalamnya [8]. Unsur tersebut terdiri dari debu, gas hidrogen, helium dan plasma yang sering menjadi tempat pembibitan bintang-bintang baru.

Sangat banyak nebula yang mirip dengan visualisasi mawar merah, namun yang paling mirip dan indah untuk dilihat adalah Nebula Rosette [2] dan Nebula Mata Kucing [1]. Rosette berasal dari kata Rose yang artinya mawar, senada dengan ayat tersebut terdapat kata وَرْ‌دَةً yang juga berarti mawar [9]. Fokus kata tersebut bukanlah warna merah pada bunga mawar, tapi bentuk yang mirip dengan bunga mawar. Sehingga Nebula mata kucing yang tidak berwarna merah pun memiliki korelasi terhadap ayat tersebut.

Lantas, apakah ini kegiatan cocokologi ayat terhadap ilmu pengetahuan?

Kita harus bahas lebih fundamental untuk menjawab ini. Pertama, dalam teologi Islam kita meyakini bahwa alquran bukanlah ensiklopedi ilmu pengetahuan, melainkan berisi tanda-tanda penciptaan di dalamnya. Apa perbedaannya? Letak perbedaan ensiklopedia dan tanda-tanda adalah pada detailnya fokus yang sedang dibahas. Ensiklopedia membedah suatu kasus mulai dari hulu hingga ke hilir, misalnya membahas bagaimana bintang baru bisa terbentuk hingga bintang tersebut meledak.

Semua proses itu dapat dijelaskan dengan ilmiah dengan bukti secara empiris dan bisa dilakukan oleh siapapun yang mampu dan fokus pada bidang tersebut. Beda halnya dengan alquran, di dalamnya berisi tanda-tanda penciptaan tanpa membedah secara khusus bagaimana proses terbentuknya ciptaan itu. Namun, kita dapat menguji klaim-klaim yang terdapat di dalamnya.

Jika suatu kitab suci diklaim dari Tuhan yang Maha Mengetahui, maka wajib tiada keraguan di dalamnya. Jika terdapat suatu klaim yang belum terbukti kebenarannya, bukan berarti klaim tersebut salah atau keliru. Karena salah satu kesesatan berpikir adalah “Tidak ada karena saya tidak tahu”, pernyataan tersebut juga senada dengan quote “Ketiadaan bukti bukanlah bukti dari ketiadaan” [3].

Karenanya, jika alquran disebut dengan tukang klaim pengetahuan, justru klaim yang terdapat dalam alquran tersebut harus dibuktikan kebenarannya. Bukan malah menjustifikasi bahwa alquran / umat islam kerjaannya hanya tukang klaim hasil riset para ilmuwan saat klaim itu terbukti.

Klaim-klaim ilmu pengetahuan yang muncul 14 abad yang lalu dan baru dibuktikan saat ini karena teknologi yang sudah memadai, menandakan adanya campur tangan atau kabar dari Dzat yang lebih mengetahui keadaan alam semesta ini. 14 abad yang lalu, teleskop belum ada, astronomi sangat terbatas, bahkan yang banyak muncul adalah ilmu perbintangan dari sisi astrologi atau yang biasa disebut dengan ramalan [10]. Jika klaim tersebut dibuktikan saat ini, dalam teologi Islam akan menambah keyakinan atau keimanan dari para pemeluknya, tidak peduli siapa yang bisa membuktikan klaim tersebut.

Pengetahuan-pengetahuan yang belum terjamah adalah karena limitasi yang dimiliki manusia, riset yang dilakukan masih membutuhkan revisi dari teori – teori baru yang akan muncul belakangan. Seperti penjelasan para ilmuwan saat menguraikan bahwa tidak ada bukti eksodus Nabi Musa bersama para pengikutnya dari mesir yang menyeberangi laut merah . Apakah lantas kisah Nabi Musa dalam kitab suci itu tidak terbukti kebenarannya alias dongeng belaka?, tentu saja kita tidak bisa menyimpulkan dengan terburu-buru terkait hal tersebut [6]. Seperti halnya saat kita dahulu menyatakan bahwa atom adalah partikel terkecil di alam semesta. Ternyata atom masih bisa dibelah lagi, sehingga partikel terkecil bukanlah atom [11].

Note:

Saya bisa menulis tulisan ini lebih panjang lagi, namun karena ada beberapa persiapan untuk tugas kuliah S3 saya, jadi dicukupkan sampai sini. Insya Allah kita akan lanjutkan di kesempatan lain.

Referensi

[1]. https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Cat%27s_Eye_Nebula.jpg

[2]. https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Rosette-Nebula.jpeg

[3]. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2550545/?page=1

[4]. https://tafsirweb.com/10385-quran-surat-ar-rahman-ayat-37.html

[5]. https://republika.co.id/berita/pvousq440/ketika-para-arkeolog-mencari-nabi-musa

[6]. https://kumparan.com/kumparansains/ilmuwan-klaim-temukan-bukti-ilmiah-terbelahnya-laut-merah-di-zaman-nabi-musa-1u6kb3XY2bP/full

[7]. Mahasiswa Doktoral Ilmu Komputer IPB University. Bidang riset Kecerdasan Komputasional dan Optimasi.

[8]. https://www.infoastronomy.org/2016/08/mengenal-nebula-dan-proses-pembentukannya.html

[9]. https://www.almaany.com/en/dict/ar-en/%D9%88%D8%B1%D8%AF%D8%A9/

[10]. Basyir, Abu Umar. 2012. Mutiara Hikmah Sejarah Rasulullah. Shafa Publika: Surabaya. http://kristalilmu.com/ilmu-pengetahuan-bangsa-arab-sebelum-islam/

[11]. https://warstek.com/2019/10/13/atom-kecil/

Irwansyah Saputra

Belajar itu harus. Pintar itu bonus.

Great! You've successfully subscribed.
Great! Next, complete checkout for full access.
Welcome back! You've successfully signed in.
Success! Your account is fully activated, you now have access to all content.