Gap Antara Ilmuwan dan Awam

Kehidupan Apr 11, 2020

Oleh: Irwansyah Saputra, S.Kom., M.Kom.

barusan gw makan mie instan, sambil mikirin sesuatu... Mumpung masih inget, langsung tulis aja...

Kita sering denger banyak anak Indonesia yg dapet medali olimpiade internasional, banyak ilmuwan kita yg terkenal di luar negeri, banyak orang hebat yang dihasilkan negeri ini. Tapi kenapa berbanding terbalik dgn tingkat literasi yg jauh di peringkat bawah dibanding negara lain?

Gw kira (salah satu) masalahnya adalah GAP. Apa itu? Gap artinya celah, jurang, jeda, pemisah antara dua hal. Ya, menurut gw adanya gap antara para ilmuwan dgn masyarakat awam yg bikin ilmuwan makin pinter dan di sisi lain masyarakat awam makin bodoh.

Ilmuwan asik dgn risetnya, terus berkembang, meneliti banyak hal di bidangnya, baca jurnal internasional, ikut seminar dan acara keilmuan lainnya. Sehingga untuk berkomunikasi dgn Masyarakat sekitarnya paling kerja bakti sebulan sekali. Padahal yg harus disumbangkan dia adalah keilmuannya bukan tenaganya.

Sedangkan masyarakat awam ya asik dgn dangdut academy nya, ashiiaapppp nya, skuisi yg diceburin ke wc nya, mukbang samyang nya, film azabnya, ftv non logic nya. Jadi tidak ada asupan pemahaman yg baik untuk otaknya. Sehingga semakin jauh dr pemahaman yg baik. Hoaks pun meningkat.

Mungkin juga bahasa dan istilah yg digunakan oleh para Ilmuwan yg bikin jenuh masyarakat awam untuk nyimak.

Masyarakat awam juga mungkin tertarik untuk ikut seminar keilmuan yg dia senangi, cuma dia juga mikir "kayanya gw ga bakal paham deh sama isi materinya, orang terpelajar semua pasti istilahnya pada ribet". Hal ini pula yg bikin gap antara para ilmuwan dan masyarakat awam semakin renggang, jauh.

Solusinya adalah.... Para ilmuwan yg biasa nulis paper, jurnal, riset, harus mau bikin tulisan2 yg selow, mudah d baca dgn istilah yg umum dan dipahami orang awam berbagai kalangan. Kan udh ada medsos, bikin aja sih tulisan di medsos yg gaya bahasanya itu enak aja dibaca.

Contoh wali songo dulu, kan ada yg pake gamelan, ada yg pake wayang, ada yg pake cerita rakyat, mereka semua para ahli ilmu tapi mau pake cara yg sangat tradisional yg booming saat itu. Berarti kan semakin tinggi ilmu yg dimiliki seseorang, semakin pandai juga memahami keadaan sekitar. Ga egois.

Jika memang ilmu itu secara umum sesuai dgn akal, maka seharusnya bisa juga diterima oleh orang seawam apapun selama dia masih punya akal.

Berarti masalahnya bukan pada ilmunya, tapi bagaimana cara menyampaikannya. Agar sedikit demi sedikit masyarakat awam pun bisa mengerti dan memahami apa yg disampaikan.

Kalo sudah seperti ini, hoaks itu akan turun dgn sendirinya.

Rocky Gerung kan bilang: kalo kita naikin IQ, hoaks itu akan turun. Karena setiap ada berita yg lewat di beranda, otak akan langsung punya kritikal line "masa sih ky gini", "kayanya engga deh", "webnya juga blogspot", "tata bahasa judulnya juga salah", dan semacamnya.

Tugas para ilmuwan untuk menjelaskan dengan semudah-mudahnya...Karena semakin banyak masyarakat awam yg paham karena dia, semakin banyak pula pahala yg didapat. Begitu juga sebaliknya.

Disamping itu, menulis, menjelaskan, yg sesuai dgn bidangnya adalah kewajiban ahli ilmu. Karena mereka dikaruniai Allah beberapa derajat lebih tinggi dibanding lainnya.

Note:- gw juga yakin g semua friendlist gw baca semua isinya

Irwansyah Saputra

Belajar itu harus. Pintar itu bonus.

Great! You've successfully subscribed.
Great! Next, complete checkout for full access.
Welcome back! You've successfully signed in.
Success! Your account is fully activated, you now have access to all content.