Apa itu NFT? Penjelasan Mudah

Teknologi Feb 10, 2022

NFT
Kepanjangannya Non Fungible Token, lawannya fungible token. Fungible itu apa? Artinya dapat dipertukarkan. Misalnya rupiah ke dolar, bitcoin ke rupiah, bitcoin ke rupiah, atau ethereum ke dolar. Berarti Non fungible token itu artinya token yang ga bisa dipertukarkan. Dia unik, cuma satu-satunya, jaminan ga bakal ada token yang sama.

Token itu apa? Tau token listrik kan? Ya cara kerjanya ga beda jauh. Artinya kode unik yang akan dikenali oleh sistem tertentu, dalam kasus ini dikenali oleh sistem meteran listrik. Berarti dalam kasus NFT, tokennya dikenali oleh sistem dalam NFT. Mudahnya gini, setiap penduduk punya NIK. Pasti nomor NIK ini unik, ga boleh ada yang sama. Anggap aja NIK ini adalah token milik penduduk.

Udah paham kan? Karena NFT ini tokennya unik, berarti ini bagus banget dijadiin landasan hak cipta suatu karya. Ga bakal ada yang bisa plagiat, ga bakal ada yang bisa niru, ga bakal ada yang bisa ngaku-ngaku. Karena udah jelas, tokennya ga bisa dimanipulasi, tokennya ga bisa diubah, tokennya ga bisa diduplikasi. Sehingga, NFT ini cocok buat orang yang mau menjamin keaslian karyanya, seperti lagu, musik, gambar, foto, video, dan lain sebagainya.

Jadi alurnya adalah: seseorang bikin karya, lalu dilindungi dengan kode tertentu untuk mengamankan karya tersebut, selanjutnya kode itu akan dicetak secara permanen jadi sebuah token di blockchain.

Nah ini blockchain apa lagi? Catatan buku besar (hyperledger). Untuk memahami blockchain, mudahnya gw kasih analogi: sebuah rumah punya 3 anggota keluarga, si A, B, dan C. mereka beli coklat 5, snack 7, minuman 4 lalu disimpan di kulkas. Biar ga lupa, dicatatlah barang-barang tersebut, dan ketiga anggota keluarga itu memegang catatan masing-masing. Ketika si A berbuat curang memakan satu coklat dan mengubah catatannya, maka akan langsung ketauan oleh si B dan si C, karena catatan keduanya menunjukkan bahwa coklat itu ada 5 bukan 4.

Mulai paham? Nah sekarang bayangin kalo dalam keluarga itu anggotanya ada 1 juta orang? yang megang catatannya semakin banyak dan artinya semakin banyak orang yang bisa liat isi catatan tersebut. Ketika ada 1 coklat yang dimakan dan disetujui oleh seluruh anggota keluarga, maka mereka semua akan mengubah catatan mereka dan menjadikan itu sebagai riwayat transaksi. Di sini berarti secara otomatis kita bisa memahami bahwa blockchain menjaga transparansi, keterlacakan suatu produk, meningkatkan kepercayaan antar penggunanya.

Kalo udah paham, sekarang gabungkan pemahaman antara blockchain dan NFT tadi. Ketika ada suatu karya seni misalnya foto, lalu dijadikan sebuah NFT, maka otomatis ia takkan bisa digantikan oleh token lain, ga bisa dimanipulasi, ga bisa diduplikasi, ga bisa diakui karena semua orang dalam jaringan blockchain sudah tau kalau hasil karya tersebut milik si A, bukan si B, misalnya.

Lalu apa keuntungan buat yang beli? Nah ini sebenarnya poin masalahnya. Begini, manfaat atau ga suatu benda sangat terkait dengan sudut pandang dan paradigma seseorang. Simpelnya gini deh, pengalaman gw ya orang amerika dan eropa itu jauh lebih menghargai karya orang lain walaupun bentuknya digital. Sedangkan di negara irlandia utara selatan, “ngapain gw bayar buat gambar ginian doang, kalo di Google aja bisa di save as!, kalo gw masih bisa pake canv*?” Cara mikirnya aja udah beda. Karena itulah, ketika NFT muncul di negara irlandia utara selatan, banyak penduduk negara itu yang heran kok bisa laku. Yaiyalah heran, wong tiap hari donlot gambar gratisan mulu. Karena literasinya jeblok, dikiranya platform opensea itu buat jualan mirip marketplace sopi dan bisa ples sel gitu. Eh lebih parah lagi jual katepe orang lain, mindahin poto instagram, bahkan onlipens. Buset nunggu di-banned ini negara.

“Kalo si gojali kemarin uniknya di mana?” Seninya dia itu di mukanya yang tanpa ekspresi dan dilakukan selama 5 taun. Itu daya jualnya. Jadi kalo mukanya ga kompatibel, ya ga bakal laku. Percuma lu buka baju celana sampe masuk angin juga, ga bakal bisa ngikutin dia. Jadi stoplah malu-maluin diri sendiri dan negara. Udah ga nyumbang pendapatan, malah jadi beban negara.

Dah puas gw ngerosting, skrg gw jelasin keuntungannya buat yang beli. Jadi keuntungannya adalah pembeli (si B) punya sertifikat digital dari karya tersebut, yang menandakan bahwa ga ada orang lain yang punya karya tersebut, kalo ada orang lain yg punya berarti itu palsu, cuma satu-satunya dan eksklusif. Tapi, walaupun begitu, si A yang bikin karya tersebut tetep dapat komisi jika si B jual lagi itu NFT ke orang lain. Makanya, NFT ini dirasa sangat adil buat pemilik karya, dan karya tersebut dapat terus dilacak keberadaannya, seperti udah dibeli berapa kali, harganya berapa, dan lain sebagainya. Karena selama ini pemilik karya jual putus hasil karyanya ke orang lain. Lalu orang tsb bisa seenaknya jual dgn harga yg ga ngotak ke orang lain.

Selain itu, dengan NFT, pemilik karya ga butuh lagi pihak ketiga yang bantu buat jualin karyanya. Misalnya dulu sering ada pameran, atau label rekaman, dan sejenisnya. Dengan NFT, orang bisa langsung jual ke platform NFT yang bisa dibeli pake uang kripto.

Kalo ada yang bilang, NFT itu mirip monkey bussiness atau ga (seperti batu akik, tanaman janda bolong, atau yang lainnya)? Ga lah, konsepnya aja udah beda. Lagian harga NFT itu ya murah atau mahal tergantung kreatornya. Kalo lu ga mau beli yaudah. Namanya barang seni itu kan harganya diukur oleh sudut pandang pembeli. Tapi kalo ancaman untuk pencucian uang akan tetap ada. Karena selama ini, cara pencucian uang paling mudah itu ya beli barang seni. Makanya kadang ada barang seni yang harganya ga ngotak tapi tetep dibeli. Jangan2????

Kerugiannya:
Cuma, masalah baru muncul. Karena dalam jaringan blockchain itu menjamin anonimus (identitas ga diketahui), jadi siapapun bisa mengakui itu karya miliknya. Misalnya gini, si A bikin karya, lalu si B tau karya tersebut dan ngedaftarin karya itu ke NFT duluan. Maka ketika si A ngedaftarin karyanya, si A yang dituduh plagiat. Dan si A ga bisa tau kalo si B yang daftarin karyanya karena anonimus. Identitasnya ga ketauan.

Selain itu, seni kan sifatnya luas banget. Karena tadi daya literasinya jeblok, maka segala hal bisa dikatakan seni, akhirnya jual ekatepe, jual d*ri. Daya literasi sangat berpengaruh pada kasus ini.

Kerugian lainnya adalah NFT ini kan dilindungi oleh algoritma kriptografi, sedangkan algoritma ini harus susah ditebak, “semakin susah ditebak, maka kriptografi semakin bagus”. Agar kriptografi susah ditebak, maka persamaan matematisnya harus rumit dan komputer mikirnya makin lama, makin kompleks, makin susah. Dan ini berdampak pada penggunaan listrik.

“Seorang seniman asal Prancis, Joanie Lemercier menjual 6 jenis NFT. Karya-karyanya dilelang di situs web bernama Nifty Gateway di mana NFT tersebut terjual habis dalam 10 detik saja.
Lemercier yang kini juga aktivis iklim, berbagi cerita bahwa penjualan NFT-nya menghabiskan energi sekitar 8,7 Megawatt atau sama dengan 8.700.000 watt. Angka itu dikatakan setara dengan 2 tahun penggunaan energi di studio miliknya.”

Secara ga langsung, transaksi NFT akan mengancam kehidupan di masa depan. Kalo transaksi 10 detik itu setara dengan penggunaan listrik selama 2 tahun, gimana kalo transaksinya dilakukan setiap hari?

Ulasan ini secara konsep NFT aja. Teknisnya ya beda lagi. Btw, kalo ada yang kurang mohon direvisi aja. Semoga bermanfat

Irwansyah Saputra

Belajar itu harus. Pintar itu bonus.

Great! You've successfully subscribed.
Great! Next, complete checkout for full access.
Welcome back! You've successfully signed in.
Success! Your account is fully activated, you now have access to all content.