Teknologi 4.0 vs Otak 0.0.1

Teknologi Apr 12, 2020

Oleh: Irwansyah Saputra, S.Kom., M.Kom.

Pemikir akan selalu melampaui zamannya. Coba aja cek dari zaman yunani kuno, orang2 udah mikir tentang sistem pemerintahan, tata negara, cara ngurus negara, bentuk negara dan lain sebagainya. Sebut aja Plato, Aristoteles, Aleksander Agung, Socrates. Mereka hidup di zaman sebelum masehi (Masehi dihitung dari mulai kelahiran Isa Al-masih, walaupun menurut Paus Benediktus XVI dalam bukunya menggugat tahun kelahiran Yesus, seharusnya lahir pada tahun 6 - 7 SM. Bukan tahun 0 Masehi).

Mereka memproduksi hasil pemikiran mereka dengan tulisan dan memperkayanya dengan diskusi. Plato, sampai saat ini bukunya "Republik" jadi pegangan mahasiswa politik dan filsafat. Padahal, bagaimana mungkin kita yang hidup di zaman modern menggunakan buku yg telah usang (tahun 400 sebelum masehi)? Tidak ada jawaban selain "karena pemikiran akan selalu melampaui zamannya."

Jadi, boleh saja ada yang mendebat terkait sistem demokrasi dengan pengetahuan, bukan hanya sekedar "budaya kufur atau sistem yang sudah usang".

Dulu, ateisme itu sangat keren. Mereka lebih suka menegasikan keberadaan tuhan dengan berpikir yang cukup panjang, sehingga menghasilkan tulisan atau buku yang produktif. Diantara mereka ada Psikolog terkenal Sigmund Freud, Karl Max, Stephen Hawking, mereka berasal dari bidang yang berbeda. Banyak ateis sekarang hanya karena males ibadah, atau kesel liat orang beragama ribut terus, mereka ini sedikit sekali nyumbang pemikiran baru dalam bidangnya. Banyak mengutip yang sudah2. Padahal, kutipan2 itu juga sudah pernah ditanggapi oleh yang anti tesis. Akhirnya diskusi ga berkembang.

Liberalisme, sekarang dipakai untuk lawan radikalisme. Ini bukan tesis dan anti tesis, hanya sekedar pro dan kontra. Ibaratnya, karena lu ga suka radikalisme, lu masuk liberalisme. Atau kalo ga paham istilahnya dipermudah menjadi "kalo lu ga kadrun, berarti cebong". Hanya sekedar pro dan kontra, lemah nalar, minim diskusi.

Atau kita bahas lagi yg lebih merakyat. Lu tau kan si cimoy? dengan lu share dia, lu hanya sebatas kontra, tapi tujuan bikin dia terkenal udah terwujud. Artinya, yang pro dan kontra tentang dia pada akhirnya meng-goal-kan tujuannya agar terkenal. Lu yang bilang kalo orang bodoh jgn dibikin terkenal, lu juga yg share. Hidup lu ga produktif. Ini yang disebut teknologi 4.0 tapi otak 0.0.1. Bahkan untuk jadi versi beta pun belum layak. Apa yang lu share, itu mencerminkan daya pikir dan nalar lu tentang sesuatu.

"kan buat seru2an aja"

Kalo lu masih suka ngelucu pake fisik manusia, lu belum layak jadi manusia.

Irwansyah Saputra

Belajar itu harus. Pintar itu bonus.

Great! You've successfully subscribed.
Great! Next, complete checkout for full access.
Welcome back! You've successfully signed in.
Success! Your account is fully activated, you now have access to all content.