Persepsi Itu Penjara?

Tolong diingat baik2 tulisan sederhana ini.

Kita akan selalu dipenuhi persepsi lingkungan dalam kehidupan kita. Perempuan harus nikah sebelum umur 25, anak pertama harus menjadi kebanggaan orang tua, dan yang sejenisnya. Pada akhirnya semua itu yang memenjarakan diri dan menyiksa.

Coba pahami dan berpikir ulang tentang kita. Apakah kita peduli dengan berbagai persepsi itu semua? Apa untungnya bagi kita? Bagaimana kita bisa merdeka jika hidup penuh dan sesuai yang diinginkan mereka?

Siapa pemilik diri ini sebenarnya? Kita atau mereka? Apakah kita mati jika tak menurutinya?

Kita tak tahu persepsi mereka itu benar atau tidaknya, tapi kita malah mencoba untuk mengikutinya hanya karena takut menjadi aib dan cela. Tak bosankah mengorbankan diri dan menyiksa untuk memuaskan nafsu mereka?

Hidup sekali tak merdeka, jadi hamba sahaya lingkungan beserta paradigmanya. Masihkah kita bisa disebut makhluk bebas yang bahagia?

Sebegitu menusukkah ucapan mereka hingga kita harus menyerah dengannya?

Selama baik-baik saja, apa peduli kita dengan mereka?